TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Tidak Peduli {9}



Tidak Peduli {9}

0 Malam ini, Chen Liao Xuan dan Liu Anqier hanya bisa saling diam menikmati makanan yang sudah disediakan oleh Liu Ding Han. Mereka hanya akan tersenyum saat Yang Si Qi mengeluarkan guyonannya yang agaknya tidak terlalu lucu. Untuk kemudian mereka akan kembali makan dalam ketenangan mereka. Sementara itu, Liu Ding Han hanya bisa melihat putrinya dan Chen Liao Xuan tampak sangat kaku satu sama lain, seolah keduanya seolah enggan untuk sama-sama mengatakan satu kata pun.     
0

Padahal, malam ini bukanlah malam yang sepi. Jangkrik-jangkrik pun tampak memekakan telinga dengan begitu nyaringnya. Rembulan di atas langit pun tampak menggantung dengan sangat besar, dihiasi oleh bintang malam yang bertaburan. Tak hanya itu, kadang-kadang ribuan kunang-kunang datang secara bergerombolan, hingga kemudian mereka akan menghilang di balik hutan.     

"Rasanya baru kali ini bisa menikmati makan malam yang sangat indah ini. Berada di bawah sinar rembulan dan bintang, dengan suasana yang begitu tampak sangat indah. Kalian juga berkumpul di sini dengan sangat lengkap. Sepertinya Bibi melihat dua pasang suami istri yang sedang duduk berdua. Betapa bahagia hati Bibi melihat semua ini. Andai kalian bisa menjadi sosok yang seperti ini dengan nyata, maka Bibi bisa meninggal dengan tenang,"     

"Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu selalu membahas kematian dan lain sebagainya? Ibu masih muda, tentu saja Ibu akan memiliki umur panjang. Sebagaimana Ibu sekarang sangat begitu sehat, aku selalu berharap Ibu selalu dalam lindungannya. Bisa melihatku menikah suatu hari nanti, terlebih apakah Ibu tidak ingin melihat cucu-cucu Ibu yang lucu?" tanya Liu Anqier.     

Mendengar hal itu, Chen Liao Xuan langsung tersedak. Membuat semua orang yang ada di sana menolehnya dengan sempurna.     

"Tao, kau tak apa? Kenapa kau makan sampai tersedak seperti itu? Minumlah agar tenggorokanmu tidak kering," kata Liu Ding Han.     

"Hey, Raja Iblis, apakah kau berpikir jika Anqier tengah mengatakan denganmu? Maksudku, apakah kau berpikir jika Anqier akan menikah dan punya anak denganmu? Itu sebabnya kau sampai tersedak seperti itu?" selidik Yang Si Qi. Liu Ding Han langsung memelototi Yang Si Qi untuk itu. "Aku tidak bisa membayangkan kalau kalian menikah, anak-anak kalian jadi anak iblis? Mengerikan sekali,"     

"Tentu saja kami akan menikah, tapi untuk punya anak itu bukan sekarang. Kami sebenarnya bisa kapan saja menikah, namun anak-anak kami kelak jelas bukan anak iblis. Anak kami akan sangat diberkati oleh Langit dan bumi, bahkan ribuan burung phoenix menjadi saksi atas kelahiran anak-anak kami. Di atas sana ada sebuah keajaiban yang akan datang, sebuah utusan dan berkat dari langit. Untuk memberi ucapan kepada kami atas hadirnya buah hati kami. Dan saat itu tiba, kalian akan diberi kesempatan untuk melihat kejadian itu,"     

"Kau iblis, dan kau bertingkah jika anak itu adalah anak Dewa," sindir Liu Anqier. Chen Liao Xuan nyaris terbatuk dengan ucapan Liu Anqier tersebut.     

"Apa kau pikir Iblis tak punya kewenangan untuk dihormati langit dan bumi sehingga kau mengatakan seperti itu? Lagi pula kenapa kau mengutuk anak kita seperti itu? Sebuah hal yang tidak manusiawi,"     

"Lagi pula, siapa yang mau memiliki anak denganmu. Menikah denganmu saja aku tidak mau,"     

"Kau cukup mencintaiku, itu sudah lebih karena kau pasti akan menikah denganku, titik!"     

"Kalian ini benar-benar!" kata Liu Ding Han pada akhirnya. Dia sama sekali tak menyangka jika Liu Anqier lagi-lagi akan seperti ini. Bertengkar dan berdebat hanya untuk masalah yang tidak perlu. Liu Ding Han agaknya juga cukup bingung dengan putrinya. Dia tahu jika putrinya sangat mencintai Chen Liao Xuan. Tapi mengapa putrinya sekarang seolah sok jual mahal seperti itu? "Ayo makan, dan berhenti berdebat!"     

Liu Anqier kini hanya diam, kemudian dia melanjutkan makannya. Setelah dia selesai makan dia pun memutuskan untuk pergi ke sungai. Jiang Kang Hua yang melihat tingkah aneh dari Liu Anqier pun kini memutuskan untuk mendekati Liu Anqier, agaknya dia pun penasaran apa sebab Liu Anqier menjadi pembantah dan berontak seperti ini.     

"Nona Liu, apa aku bisa bicara denganmu?" tanya Jiang Kang Hua. Dia kemudian berjalan mendekati Liu Anqier yang memandangnya, kemudian berdiri tepat di samping Liu Anqier, melihat bintang malam yang terasa di dalam genggaman mereka.     

"Kau ingin bicara apa, Panglima Jiang?" tanya Liu Anqier. Dia bisa melihat bagaimana sempurna sosok di sampingnya ini, wajah putihnya tampak sangat mempesona di bawah terang sinar rembulan. Alis hitamnya tampak bertaut dengan sangat indah.     

"Apa yang sebenarnya tengah kau rencanakan? Kenapa kau sekarang tampak galak dengan Yang Mulia Raja? Padahal sudah jelas, kalian berdua sudah mengetahui perasaan kalian satu sama lainnya," tanya Jiang Kang Hua pada akhirnya.     

Liu Anqier tampak tersenyum, kemudian dia menundukkan wajahnya. Mencoba untuk menetralkan perasaannya yang berkecamuk yang ada di dalam dada. Sebab jujur, dia sama sekali tidak bisa untuk menutupi bagaimana perasaannya sekarang. Dia merasa jika dia benar-benar seperti air yang berada di kelopak daun teratai.     

"Aku harus membencinya sampai waktu itu tiba, Panglima Jiang. Dan aku sangat yakin saat itu tiba kau akan membenciku. Kau akan membunuhku. Tapi aku tidak peduli," kata Liu Anqier. Ya dia harus membuat Chen Liao Xuan membencinya, sebab saat nanti di mana dia akan menusukkan belati ke jantung Chen Liao Xuan tiba, dia tak mungkin melakukannya dalam perasaan cinta. Sebab dia tidak akan pernah sanggup dan membayangkan bagaimana itu bisa terjadi. Bagaimana bisa dia menikam sosok yang begitu dia cintai. Ya, Liu Anqier benar-benar tak bisa membayangkan itu sama sekali. Dan Jiang Kang Hua tidak tahu tentang ini semua. Tentang Chen Liao Xuan dan tentang dirinya. Jadi bagaimana bisa dia mengatakan yang sejujurnya kepada Jiang Kang Hua.     

"Apa sebenarnya yang kau katakan, Nona Liu? Aku benar-benar tak paham sama sekali," kata Jiang Kang Hua pada akhirnya. Liu Anqier pun tersenyum mendengar pertanyaan itu.     

"Kau tak perlu tahu, Panglima Jiang. Sebab ini adalah urusan pribadi. Kau tentunya tahu jika Emo Shao Ye telah membunuh ayahku. Dan sampai detik ini dendam itu tidak akan pernah hilang sampai kapan pun itu. Jadi aku telah memutuskan untuk tetap membalas dendam kan atas kematian ayahku. Aku ingin membunuhnya, dengan tanganku sendiri. Tak peduli jika kau mau membunuhku, atau pun menentangku untuk itu."     

Jiang Kang Hua agaknya terkejut sama sekali. Dia tidak menyangka jika Liu Anqier benar-benar akan perkataan dan dendamnya. Bagaimana bisa? Bahkan ibunya saja sudah memaafkan Chen Liao Xuan, tapi mengapa Liu Anqier seolah enggan untuk melupakan masalah yang sudah menjadi ketetapan langit tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.